PENGARUH BUDAYA LOKAL TERHADAP GENERASI MUDA

PENGARUH BUDAYA LOKAL TERHADAP GENERASI MUDA

 

 

 

 

Nama    : Tri Rifianto

NPM     : 17112457

KELAS : 1KA19

 

 

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Generasi muda sekarang ini menjadi bahan pembicaraan oleh semua kalangan
masyarakat, karena generasi muda adalah generasi penerus bangsa yang nantinya sebagai pemegang nasib bangsa ini, maka generasi mudalah yang menentukan semua apa yang dicita-citakan bangsa dan Negara ini.

Ditambah lagi dengan mulai masuknya budaya globalisasi. Ada sisi positif dan ada negativnya. Begitu juga sagat berdampak besar terhadap perkembangan kepribadian generasi muda penerus bangsa indonesia ini.

Di Indonesia, gejala efek samping globalisasi seperti di atas mulai terlihat dan generasi muda adalah pihak yang paling banyak menjadi korban dampak buruk tersebut. Terlihat sebagian generasi muda kita begitu rapuh, hidup tanpa tujuan yang jelas, disorientasi hidup bahkan pesimis menatap masa depan.

Sungguh sangat memprihatinkan kondisi pemuda saat ini, adalah sebuah realita yaitu  mulai menurunnya rasa kecintaan dan rasa keinginan yang dimilki oleh generasi muda  untuk memajukan budaya daerah yang merupakan warisan leluhurnya sendiri. Penyakit dekadensi moral kini menyerang generasi tanpa kendali.

Kondisi seperti ini bisa kita temui dalam kehidupan sehari-hari di mana generasi muda sebagai cikal bakal harapan masa depan, kian akan pudar. Kondisi seperti ini apabia dibiarkan, cepat atau lambat akan berdampak luas dalam kehidupan masa depan baik generasi tua maupun muda. Kurangnya kesadaran untuk memahami budayanya sendiri akan berdampak besar, yakni hilangnya jatidiri. Fenomena ini akan menjadi bahaya laten bagi kita semua.

 

1.2.Rumusan Masalah
Pada pokok bahasan ini saya akan menjelaskan tentang:
1. Bagaimana Pengaruh Globalisasi Berdampak bagi Generasi Muda
2. Bagaimana Setiap generasi muda dapat mengimbangi dampak Negatif globalisasi
3. Seperti apa peran Budaya lokal terhadap Generasi muda sebagai penyeimbang
Alami dari dampak negatif globalisasi.

 

BAB II
ISI

2.1. Pudarnya Jati Diri

Globalisasi sebagai sebuah proses konektifitas antar bangsa dan merupakan buah dari modernitas tidaklah bebas nilai. Globaliasasi masuk ke Indonesia dengan membawa nilai-nilai yang mendominasi globalisasi itu seperti budaya western, yang dalam beberapa hal tidak tidak sesuai dengan nilai dan norma budaya bangsa Indonesia.

Krisis identitas dan jati diri membuat generasi muda merasa terinspirasi terhadap budaya kebarat-baratan yang negatif, bukan yang positif. Barat sebagai pihak yang mendominasi globalisasi dianggap unggul, sehingga apapun yang datang dari barat dianggap baik dan diadopsi begitu saja tanpa disikapi secara kritis.

Krisis identitas juga telah menyebabkan bangsa Indonesia kehilangan ‘kharisma’ dan ‘pengakuan’ dari negara lain. Bangsa Indonesia seakan kehilangan ciri khusus, keunikan dan partikularitas. Dalam pergaulan Internasional, misalnya, ketika berbicara mengenai Islam maka yang menjadi sorotan adalah negara-negara sekitar wilayah Timur Tengah. Meskipun pada kenyataannya, Indonesia adalah negara berpenduduk muslim terbesar di dunia dengan ciri keislaman yang unik dan khas, yang seharusnya turut mewarnai wacana keislaman secara global. Sebaliknya, wacana Islam keindonesiaan tidak tampak di situ.

 

2.2. Budaya Dan Kearifan Lokal

Secara umum budaya diartikan sebagai hal-hal yang  berkaitan dengan budi dan akal manusia. Jadi budaya daerah adalah suatu sistem atau cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah daerah dan diwariskan dari generasi ke generasi. Dan ini merupakan salah satu bagaimana kita menyelamatkan generasi muda dengan adanya budaya lokal. Budaya daerah terbentuk dari berbagai unsur, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seniserta bahasa.

Kearifan Lokal  secara umum diartikan sebagai gagasan-gagasan, nilai-nilai-nilai, pandangan-pandangan setempat (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.

Ciri-cirinya adalah:

1. mampu bertahan terhadap budaya luar,

2. memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar,

3. memunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli,

4. memunyai kemampuan mengendalikan,

5. mampu memberi arah pada perkembangan budaya.

Dengan demikian budaya dan kearifan lokal adalah hal yang saling berkaitan satu sama lain.

Dengan adanya keterkaitan ini dapat membentengi generasi muda kita terhadap pengaruh budaya globalisasi yang negatif.

 

2.3. Pengaruh Budaya Lokal Dan pentingnya Nilai-Nilai Budaya Lokal

Nilai-nilai primordial tidak selalu berarti bersikap eksklusif dan memandang segala hal secara konservatif tanpa menerima nilai budaya lain. Berideologi lokal berarti menjadikan nilai-nilai lokal sebagai filter dalam menerima nilai budaya asing. Berkearifan lokal juga berarti bersikap terbuka dan terus menerima masukan dari budaya manapun dalam rangka memperkaya dan mengaktualisasikan nilai-nilai budaya lokal.

Pemuda yang telah mengenal dan mengadopsi nilai-nilai kearifan lokal sejak dini akan menggunakannya sebagai pisau analisis dalam membedah dan memisahkan unsur nilai dari unsur teknologi. Ia akan bisa menentukan mana hal yang perlu diadopsi dan mana yang perlu dintinggalkan. Ia akan selalu bersikap kritis dalam menyikapi setiap fenomena yang dihadapinya. Dengan identitas yang jelas, pemuda semacam ini tidak akan mudah mengekor dan ikut-ikutan mengadopsi nilai budaya lain. Sehingga, ia akan tetap menjadi manusia Indonesia modern berciri lokal.

Selain terjaminnya nasionalisme pemuda, identitas yang jelas juga akan memberikan rasa percaya diri kepada generasi muda untuk membawa dan memperkenalkan partikularitas yang melekat kuat pada tradisi bangsa dalam pergaulan internasional. Nantinya ciri khusus ini akan tersebar, dikenal dan dihargai sebagai bagian integral dari bangsa Indonesia. Dengan begitu, Indonesia akan punya kharisma dan nilai khusus yang bisa dibanggakan di mata dunia internasional.

 

2.4. Contoh Pengaruh Budaya Lokal

-Yogyakarta Dan Bali

Daerah yang akan saya bahas di atas adalah daerah wisata di negara indonesia.

Di sana terdapat turis dari berbagai macam negara. Tidak dipungkiri lagi, budaya globalisasi pasti tercampur aduk di sana. Seperti budaya berpakaian ala western / kebarat-baratan. Budaya tersebut telah mengubah mindset generasi muda kita untuk turut mencontoh prilaku tersebut yang bertentangan dengan praturan budaya kita sendiri, karena cara berpakaian kurang menutupi tubuh.

Di sini dapat kita lihat bagaimana peran budaya lokal dapat mengimbangi dan membingkai prilaku generasi muda yang berada pada garis era globalisasi. Seperti halnya di bali. Pada saya melakukan studytour ke bali, saya melihat turis-turis mancanegara berpakaian yang menurut saya tidak semestinya, apalagi di daerah pantai.

Namun dengan adanya kearifan budaya lokal, dan dampak budaya lokal terhadap daerahnya sendiri, dapat menetralisir prilaku kebarat-baratan. Dan generasi muda di sana tetap pada pedoman kebudayaan lokal masing-masing. Seperti tidak memakai pakaian yang tidak semestinya. Dan dengan adanya kebudayaan lokal pada daerah itu, membuat budayanya sendiri tetap hidup dan tidak tergerus oleh budaya globalisasi.

 

BAB III
Penutup

3.1.Kesimpulan

Pada era globalisasi, sulit untuk di hindari oleh setiap negara. Karena ini merupakan dampak negatif dari adanya ikatan antar negara. Dimana antar negara saling bertukar budaya dan prilaku.

Yang paling renta terhadap proses ini adalah generasi muda kita sekarang. Namun dengan adanya budaya lokal yang membentengi prilaku dan norma di masyarakat, maka akan memperkecil kemungkinan generasi muda kita akan dampak negatif globalisasi.

 

3.2. Daftar Pustaka

http://jasapembuatanweb.co.id/artikel-ilmiah/pengertian-generasi-muda

http://salamannennungeng.blogspot.com/2013/04/peran-generasi-muda-dalam-melestarikan.html
http://fzhsafarina.blogspot.com/2013/05/pengaruh-budaya-lokal-terhadap-perilaku.html

 

 

 

 

Leave a comment